marquee

Selamat datang di Evalivia Blog!!!

Halaman

Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Wawancara

 1. Pengertian wawancara
Wawancara dalam istilah lain dikenal dengan interview. Wawancara merupakan suatu metode pengumpulan berita, data, atau fakta di lapangan. Prosesnya bisa dilakukan secara langsung dengan bertatap muka langsung (face to face) dengan narasumber. Namun, bisa juga dilakukan dengan tidak langsung seperti melalui telepon, internet atau surat (wawancara tertulis).

Untuk menghasilkan sebuah berita yang baik sangat tergantung dari hasil wawancara di lapangan. Sedikitnya data yang diperoleh di lapangan, akan menyulitkan wartawan dalam menulis berita. Untuk itu, dalam melakukan wawancara, upayakan mendapatkan data yang selengkap-lengkapnya di lapangan, khususnya melalui proses wawancara.
Dalam dunia jurnalistik, dikenal beberapa jenis wawancara, antara lain:
1. Wawancara berita (news peg interview) yaitu, wawancara yang dilakukan untuk memperoleh keterangan, konfirmasi atau pandangan narasumber tentang suatu masalah.
2. Wawancara Pribadi (personel interview) yaitu wawancara untuk memperoleh data tentang pribadi dan pemikiran seseorang (narasumber). Berita yang dihasilkan berupa profil narasumber, meliputi identitas pribadi, perjalanan hidupnya dan pandangan-pandangannya mengenai berbagai masalah yang terkait profesinya.
3. Wawancara Ekslusif (exclusive inteview) yaitu wawancara yang dilakukan seseorang wartawan atau lebih (tetapi berasal dari satu media) secara khusus berkaitan masalah tertentu di tempat yang telah disepakati bersama.
4. Wawancara Keliling/Jalanan (man in the street interview) yaitu wawancara yang dilakukan seorang wartawan dengan menghubungi berbagai interview secara terpisah yang satu sama lain mempunyai kaitan dengan masalah atau berita yang akan ditulis. Misalnya, ada peristiwa kebakaran.

II. KIAT WAWANCARA
Sebagaimana definisi berita, sebenarnya tidak ada kiat yang mutlak untuk melakukan wawancara. Apalagi setiap wartawan punya kiat-kiat tersendiri dalam menemui dan memancing simpati narasumber untuk mau melayani permintaan untuk wawancara.
Namun demikian, ada beberapa hal umum yang perlu menjadi catatan para wartawan sebelum melakukan wawancara.

1. TAHAP PERSIAPAN
Pada dasarnya, seorang wartawan harus siap setiap saat melakukan wawancara dengan orang lain (narasumber), namun untuk sebuah wawancara yang baik diperlukan persiapan yang baik. Hal-hal yang perlu dipersiapkan antara lain:
a. Fisik.
Sebelum melakukan wawancara, seorang wartawan harus sudah benar-benar sehat secara fisik. Dengan kata lain, kondisi fisiknya benar-benar fit. Fisik yang prima akan mempengaruhi jalannya wawancara maupun hasil yang akan diperoleh dari wawancara tersebut.
b. Mental
Wartawan yang secara mental belum siap untuk melakukan wawancara dengan narasumber berita, akan berakibat fatal terhadap proses wawancara apalagi terhadap hasil yang akan diperoleh. Untuk itu, kesiapan mental sangat diperlukan oleh seorang wartawan.

c. Daftar Pertanyaan
Sebelum terjun ke lapangan melakukan wawancara atau wawancara melalui telepon, wartawan harus memiliki daftar pertanyaan yang akan diajukan. Daftar pertanyaan itu disusun sedemikian rupa, sehingga antara pertanyaan yang satu dengan lainnya memiliki hubungan yang jelas.

d. Buat Janji
Sebelum wawancara, sebaiknya buat dulu janji dengan narasumber sehingga kedua belah pihak sama-sama siap untuk melakukan wawancara.
e. Alat Tulis dan/atau Alat Perekam
Persiapkan alat tulis, seperti pena dan buku catatan. Meski menggunakan alat perekam, alat tulis tetap saja diperlukan terutama untuk menulis nama, gelar dan angka.

II. TAHAP PELAKSANAAN
Setelah melakukan persiapan, tahapan selanjutnya adalah melakukan wawancara. Tahapan ini merupakan tahapan penting yang akan dilalui seorang wartawan. Pada tahapan ini, ada beberapa hal yang mesti dilakukan, antara lain:
a. Datanglah tepat waktu
b. Perhatikan penampilan
c. Perkenalkan diri kepada narasumber (khususnya nama dan media tempat tempat wartawan bekerja)
d. Perkenalkan masalah yang akan ditanyakan, sehingga narasumber tahu alasan dirinya dijadikan narasumber
e. Mulailah dengan pertanyaan ringan (untuk narasumber yang punya banyak waktu) namun to the point (langsung ke persoalan inti) untuk narasumber tertentu.
f. Pertanyaan tidak bersifat interogatif atau terkesan memojokkan narasumber, sehingga menjadikan narasumber seperti terdakwa di persidangan.
g. Hindari pertanyaan yang sifatnya menggurui
h. Dengarkan dengan baik jawaban yang disampaikan narasumber. Boleh menyela apabila narasumber lari dari topik yang dibicarakan
i. Jangan ragu untuk mengajukan pertanyaan baru yang muncul dari penjelasan narasumber. Sebab, hal ini senanitasa terjadi dalam setiap wawancara.
j. Setelah seluruh pertanyaan diajukan, jangan lupa memberikan kesempatan kepada narasumber untuk menjelaskan hal-hal yang mungkin belum ditanyakan.
k. Usai wawancara, sampaikan ucapan terima kasih kepada narasumber.

Interview atau sering disebut juga wawancara mempunyai definis suatu proses komunikasi interaksional antara dua pihak. Cara pertukaran yang digunakan adalah cara verbal dan nonverbal dan mempunyai tujuan tertentu yang spesifik.
Ada dua macam tipe tujuan interview. Pada konseling untuk mengetahui lebih terkait pada adanya permasalahan dan mencari penyelesaiannya. Sedangkan pada kualitatif untuk memperoleh data penelitian.
Tujuan ( kedudukan ) wawancara
  • Discovery, yaitu untuk mendapatkan kesadaran baru tentang aspek kualitatif dari suatu masalah
  • Pengukuran psikologis: data yang diperoleh dari wawancara akan diinterpretasikan dalam rangka mendapatkan pemahaman tentang subjek dalam rangka melakukan diagnosis permasalahan subjekdan usaha mengatasi masalah tersebut.
  • Pengumpulan data penelitian : informasi dikumpulkan untuk mendapatkan penjelasan atau pemahaman mengenai suatu fenomena. Data dikumpulkan dengancara wawancara karena kuesioner tidak dapat diterapkan pada subjek subjek tertentu, atau ada kekhawatiran responden tidak mengisi kuesioner ataupun tidak mengembalikan kuesioner pada peniliti.
Mengapa menggunakan wawancara ?
  • Karena ingin melengkapi dan menambahkan data yang telah ada, yang diambil dengan metode lain seperti survey, observasi, studi dokumen dsb
  • Karena ingin mengambil data kualitatif tentang suatu fenomena tertentu. Wawancara dapat digunakan sebagai metode pengambilan data
  • Karena situasi tertentu dalam bidang pengukuran ( assessment ) psikologis ketika alat ukur tidak dapat digunakan karena alasan berikut :
    1. Subjek buta huruf
    2. Subjek menolak mengerjakan test tertentu
    3. Topik yang diukur bersifat pribadi, individual dan rahasia
Kapan menggunakan wawancara?
  • Pengukuran psikologis
    Data yang diperoleh dari wawancara akan diinterprestasikan dalam rangka mendapat pemahamanan tentang subjek dalam rangka melakukan diagnosis permasalahan subjekdan usaha untuk memecahkan masalah.
  • Pengumpulan data
    Informasi yang diperoleh digunakan untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam dan komprehensif tentang suatu fenomena yang diteliti
    Wawancara menjadi bagian dari penelitian survey ketika alat alat ukur lain seperti kuesioner dianggap tidak mampu mengungkap secara lebih mendalam informasi dari responden
    Informasi bersifat kualitatif , sangat individual serta variatif sehingga jawaban perlu dieksplorasi melalui suatu wawancara
· Suatu kriteria yang vital untuk menilai keefektifan adalah konsep validitas. Hal ini mengacu pada tingkatan anda mengamati, menerima, atau mengukur apa yang anda pikir sedang anda amati, terima, atau ukur. Cara lain untuk memandang validitas adalah dengan bertanya, “Apakah saya benar-benar mendapatkan informasi yang sesuai kenyataan?”. Kadangkala validitasnya rendah karena orang-orang cenderung untuk berbohong, menipu, atau hanya menjawab sebagian saja. Pada saat yang lain validitas terhambat oleh kekurang memadaian teknik-teknik dan kecenderungan-kecenderungan terhadap interpretasi-interpretasi yang bias dari informasi-informasi yang sedang diterima. Maka, ini berarti bahwa semua rintangan komunikasi nyata yang ditemukan dalam wawancara bisa menurunkan akurasi dalam mendapatkan atau memberikan informasi dan, karenanya, mengurangi validitas wawancara. Yang agak berhubungan dengan validitas adalah konsep reliabilitas sebagai sebuah faktor dalam menilai keefektifan. Reliabilitas adalah tingkatan sampai sejauh mana anda akan mendapatkan hasil-hasil yang sama apabila anda atau pewawancara lain hendak melakukan wawancara yang sama dengan orang-orang yang sama pula. Apabila dua orang mewawancarai orang yang sama tentang topik yang sama dan tidak mendapatkan informasi yang konsisten, maka berarti ada yang salah, dan hasil-hasil dari kedua pewawancara tersebut akan dipertanyakan. Sekali lagi, ketidaksesuaian mungkin terjadi karena suatu perubahan yang disengaja oleh orang yang diwawancarai atau karena sejumlah ketidak konsistenan atau kekurang memadaian di pihak si pewawancara.
· Meskipun wawancara pada dasarnya merupakan pertukaran oral, kuesioner dan resume-resume seringkali digunakan di dalam wawancara sebagai pelengkap. Namun, yang lebih penting lagi adalah fakta bahwa situasi empat-mata memungkinkan pesan-pesan visual dan non-verbal menjadi aspek-aspek penting dari wawancara. Hal-hal tersebut jangan sampai diabaikan. Kadang-kadang, pesan-pesan visual ini memperkuat pesan-pesan verbal; pada saat-saat lainnya, mungkin malah bertentangan. Sebagai contoh, seseorang mungkin berkata, “Saya merasa nyaman, terima kasih” namun pada saat yang sama dia meremas-remas sapu tangannya dan dengan gelisah mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan. 

Sumber : http://mcdougelas.blogspot.com/2009/11/pengertian-wawancara.html

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar: